23 research outputs found

    Pengaruh Pengetahuan Lingkungan Dan Transendensi Diri Terhadap Minat Beli Produk Hijau Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya Kampus Ii Kediri

    No full text
    Peningkatan minat beli konsumen terhadap produk hijau terlihat dari meningkatnya jumlah individu yang relah membayar lebih untuk produk ini ( (Maguire et al., 2004). Semakin tinggi kesadaran lingkungan yang dimiliki konsumen maka niat pembelian mereka terhadap produk ramah lingkungan akan semakin meningkat (Paramita dan Yasa 2015). Disamping sebagai pemuasan kebutuhan pribadi pada konsumen tetap menjadi pusat dari studi perilaku konsumen, pelestarian lingkungan juga menjadi perhatian utama karena ternyata perilaku konsumen juga memiliki keterkaitan dengan keberlanjutan, keseimbangan ekologis, ekonomi, dan manusia (de Moura, 2012). Masalah lingkungan hidup semakin banyak dan penting untuk segera dicari solusinya. Ini dibuktikan dengan semakin banyaknya diskusi publik tentang lingkungan hidup, tidak terkecuali di Kota Kediri. Generasi muda atau mahasiswa tidak luput dari pemaparan permasalahan ini, mereka merubah perilaku konsumsi mereka sebagai salah satu bentuk kepedulian mereka terhadap lingkungannya, mereka merupakan target yang tepat dalam mempromosikan perilaku konsumsi hijau (Vantamay, 2018). Kebebasan dalam memilih produk yang melekat pada konsumsi mahasiswa merupakan hal penting untuk diperhatikan sebagai solusi dari permasalah lingkungan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh pengetahuan lingkungan terhadap minat beli produk hijau dan (2) menganalisis pengaruh transendensi diri terhadap minat beli produk hijau yang dilaksanakan di area Universitas Brawijaya Kampus II Kediri pada bulan Juni 2020 hingga Juli 2020. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, rumus Taro Yamane digunakan untuk menentukan jumlah sampel dan rumus Parel untuk menghitung jumah sampel dari setiap kelompok mahasiswa Universitas Brawijaya Kampus II angkatan 2016 hingga angkatan 2019. Analisis yang digunakan dalam studi ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan analisis SEM-PLS (Structural Equation Model-Partial Least Square). Pengetahuan lingkungan ditemukan tidak dapat mempengaruhi minat beli produk hijau pada mahasiswa Universitas Brawijaya Kampus II dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,09. Transendensi diri ditemukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli mahasiswa Universitas Brawijaya Kampus II Kediri dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,45. Hasil penelitian ini memberikan saran kepada produsen agar dapat mendesain produk yang didalamnya terdapat nilai-nilai transendensi dan menampilkan permasalah lingkungan dalam iklan yang digunakan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan lingkungan pasa konsumen. Pemangku kebijakan dapat mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran masayarakat terhadap permasalahan lingkungan dengan mengikutsertakan masyarakat secara langsung di dalam kegiatanny

    Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Kota Surakarta

    No full text
    Perkembangan kasus COVID-19 masih mengalami peningkatan di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan akses akibat kebijakan social distancing. Salah satu aspek yang terdampak yakni kondisi perekonomian dan secara tidak langsung akan berakibat pada pendapatan serta berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga. Penelitian ini akan menganalisis dampak dari pandemi COVID-19 terhadap keterjangkauan akses pangan, dan kondisi pendapatan pada masing-masing kategori ketahanan pangan serta faktor yang mempengaruhi kondisi ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga masyarakat Kota Surakarta. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, analisis ketahanan pangan menggunakan metode skala kerawanan pangan HFIAS (Household Food Insecurity Accsess Scale) serta marginal ordered probit untuk mengetahui besaran peranan factor sosio demografi terhadap kondisi ketahanan pangan. Hasil penelitian pada 120 responden menunjukkan bahwa responden berada pada kategori ketahanan pangan aman sebesar 68,34%. Sedangkan 13,84% responden berada pada kategori ketahanan pangan sedang, 12,5% berada pada kategori ketahanan pangan sangat tidak aman, dan 5,84% berada pada kategori ketahanan pangan tidak aman, serta didapatkan bahwa pada kategori ketahanan pangan aman mayoritas responden berada pada kategori pendapatan sedang dan pada kategori ketahanan pangan sangat tidak aman mayoritas responden berada pada kategori pendapatan tinggi dengan seluruh responden pada kategori ketahanan pangan tersebut mengalami penurunan pendapatan. Faktor sosio demografi yang signifikan meliputi penurunan pendapatan anggota keluarga dan status pernikahan. Sedangkan faktor lain meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, akses kredit, kepemilikan mobil, dan kehilangan pekerjaan tidak signifikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pihak pemerintah dalam memberikan dukungan bantuan dan keterampilan kerja bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan peluang usaha disamping pemberian bantuan langsung tunai, atau bantuan bahan pokok selama pandemi COVID-19 di Kota Surakart

    Dampak Adopsi Information And Communication Technology (Ict) Terhadap Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kentang Di Probolinggo Jawa Timur

    No full text
    ntensitas penggunaan pestisida memiliki peran penting terhadap peningkatan hasil panen pertanian dan ketahanan pangan global pada beberapa dekade terakhir. Namun, Penggunaan pestisida yang berlebihan memiliki dampak negatif terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesehatan manusia. Ma and Zheng (2021) menyatakan bahwa penggunaan pestisida kimia yang berlebihan mampu menimbulkan berbagai penyakit pada manusia, seperti gangguan pernapasan, kanker, gangguan reproduksi, neurologis, disfungsi dan diabetes. Selain itu, intensitas penggunaan pestisida akan mencemari lingkungan melalui udara, tanah ataupun air. Beketov et al. (2013) melaporkan bahwa pengunaan pestisida mampu menurunkan 42% keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Pengurangan pestisida merupakan pendorong penting dalam melestarikan lingkungan yang sehat serta berkelanjutan dan menjaga kesehatan manusia. Segala macam strategi dalam bentuk instrumen kebijakan dan teknologi baru diterapkan sebagai cara untuk mengurangi penggunaan agrokimia. Seperti memberi batas maksimal penggunaan pestisida, meningkatkan pengetahuan petani akan bahayanya pestisida dan peningkatan pertanian organik. Berbagai teknologi telah dikenalkan untuk menurunkan penggunaan pestisida seiring perkembangan teknologi. Salah satunya adalah information and communications technology (ICT). Kemajuan informasi dalam pertanian memiliki peran penting untuk pengambilan keputusan yang efektif. Kemajuan teknologi yang cepat dan perubahan sistem pertanian memerlukan transfer informasi dan pengetahuan yang canggih serta real-time kepada petani dengan media yang sudah ada. Keterbatasan pengetahuan petani dalam mengambil keputusan untuk mengadopsi teknologi petanian yang baru, dimana informasi yang didapatkan oleh petani tentang teknologi dan praktek pertanian baru hanya bisa didapatkan memalui layanan penyuluhan pertanian yang diadakan oleh publik sehingga informasi yang diperoleh hanya asimetri informasi. Penelitian Ma and Zheng (2021) menyatakan bahwa penggunaan smartphone secara signifikan meningkatkan pengeluaran pestisida sebesar 33%. Mereka juga menambahkan bahwa penggunaan smartphone mempengaruhi pengeluaran pestisida dan pupuk secara heterogen, hasilnya pengunaan smartphone ini berdampak terhadap pengeluaran pestisida. Meskipun penelitian tentang hubungan ICT dan penggunaan pestisida telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun, temuan yang dihasilkan masih belum konsisten dalam karakteristik petani. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi sosiodemografis dari lokasi penelitian seperti pengetahuan, pengalaman dan umur. Hal ini menjadi penting untuk melihat bagaimana dampak ICT terhadap penggunaan pestisida di Indonesia yang masih belum pernah dilakukan. Seperti yang telah kita ketahui negara Indonesia merupakan negara agraris yang tentunya memiliki penggunaan pestisida yang cukup besar. Menurut data Kementrian Pertanian jumlah merek petisida yang terdaftar dari tahun 2015-2020 mengalami kenaikan hampir mencapai ii 1800 merek termasuk fungisida, herbisida, dan insektisida. Sehingga, penting untuk megetahui peran ICT terhadap penggunaan pestisida di Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak ICT terhadap pengunaan pestisida pada sektor pertanian di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh sosio- demografis terhadap penggunaan pestisida. 2. Bagaimana dampak penggunaan ICT terdahap penggunaan pestisida. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskrisptif kuantitatif. Analisis data kuantitatif yang dilakukan yaitu Instrumental Variable Quantile regression (IVQR) menggunakan Sofware Stata versi 15.0. dalam penelitian ini prosedur pengambilan sampel menggunakan multistage sampling dengan metode purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Kriteria sample pada penelitian ini adalah petani kentang didua desa. Penelitian ini menggunakan 150 responden yang di lakukan dengan wawancara langsung kepada responden. Wawancara tersebut mengumpulkan informasi tentang penggunaan pestisida, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, Pengalaman usaha tani, Kepemilikin aset, Luas lahan, Kelompok tani, Pekerjaan sampingan, ICT dan Sosial Network. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2021 di Kabupaten Probolinggo pada desa Wonokerso dan Ledokombo dengan pertimbangan dua desa tersebut merupakan sentra produksi kentang di Kabupaten Probolinggo. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Hasil analisis IVQR menghasilkan bahwa pengalaman usahatani memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengunaan pestisida. Akan tetapi Aset dan umur memperoleh dampak positif dan signifikan. Aset signifikan pada quantil ke 20 sedangkan umur signifikan pada quantil ke 60 artinya pengalaman usahatani, aset dan umur memiliki pengaruh terhadap pengurangan penggunaan pestisida. Uji regresi linier berganda memperoleh Pengalaman Usaha Tani, Total Luas Area dan Pekerjaan Sampingan memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap pengunaan pestisida. Namun, Umur dan Aset memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pestisida. 2. Hasil analisi IVQR diperoleh bahwa pengunaan ICT memiliki dampak negatif dan signifikan pada quantil ke 20, 40, 60 dan 80. Pengurangan pestisida tertinggi pada quantil terendah atau quantil ke 20 sejumlah 29.796 liter dengan signifikasi sebesar 0.000 dan juga hasil uji regresi berganda menunjukan bahwa pengunaan ICT memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap pengunaan pestisida. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunaan ICT memiliki dampak terhadap pengurangan pestisida. Berdasarkan penelitian ini disarankan bagi petani penelitian ini menyarankan meningkatkan pengunaan ICT karena dapat memberikan informasi tentang penggunaan pestisida yang lebih efisien. Pemerintah perlu meningkatkan akses infrasruktur dalam ICT seperti profaider internet untuk meningkatkan pengunaan ICT petani untuk mengakses informasi dengan cepat dan efisien dalam penggunaan pestisid

    Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Bahan Tambah Minuman Es Kopi Susu pada Gerai Kopi Grab and Go di Kota Malang

    No full text
    Meningkatnya konsumsi kopi selama beberapa tahun terakhir beriringan dengan pertumbuhan gerai kopi. Konsep gerai kopi yang banyak ditemukan pada saat ini di Kota Malang adalah gerai kopi berkonsep grab and go, yaitu gerai kopi yang hanya menyediakan sedikit kursi dan sebagian besar konsumen memilih untuk take away atau dibawa pulang. Salah satu menu minuman yang sedang trend pada saat ini adalah kopi susu, yaitu minuman yang memiliki bahan dasar espreso, dengan campuran susu, dan pemanis. Kopi susu dapat disajikan dalam sajian dingin maupun panas, namun es kopi susu lebih banyak diminati terutama untuk kalangan anak muda. Menurut Wijaya & Anggia Rizka (2021) enam dari sepuluh generasi Y dan Z suka akan mengonsumsi kopi susu. Banyak dijumpai beberapa gerai kopi yang memiliki campuran gula yang cukup banyak pada es kopi susu, seperti gula aren ataupun gula pasir (berasal dari tebu). Adanya hal ini dapat menjadi salah satu faktor timbulnya diabetes mellitus, diikuti dengan adanya trend ngopi pada saat ini telah menjadi suatu bagian dari gaya hidup. Umumnya diabetes melitus hanya terjadi pada kalangan lanjut usia, namun pada saat ini terdapat peningkatan penderita diabetes melitus pada usia muda. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 terdapat peningkatan prevalensi diabetes melitus sebesar 0,5% di usia ≥ 15 tahun dari tahun 2013 hingga 2018 (Kemenkes RI, 2020). Namun selama periode tersebut 75 persen diantaranya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus. Terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan karakteristik konsumen terhadap atribut minuman es kopi susu pada gerai kopi berkonsep grab and go di Kota Malang, (2) menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut minuman es kopi susu pada gerai kopi berkonsep grab and go di Kota Malang, (3) menganalisis nilai marginal willingness to pay (MWTP) konsumen terhadap atribut minuman es kopi susu pada gerai kopi berkonsep grab and go di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode Discrete Choice Experiments (DCE), yaitu metode yang dapat mengukur preferensi konsumen dengan menggunakan survei sistematis untuk mengetahui atribut yang paling disukai oleh konsumen. Responden pada penelitian ini didominasi oleh perempuan, rentang usia 17-25 tahun, pendidikan terakhir SMA/SMK, dan sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa/pelajar. Berdasarkan analisis preferensi konsumen dapat disimpulkan bahwa responden lebih menyukai minuman es kopi susu dengan bahan tambah gula aren dan susu bebas lemak dibandingkan dengan masing-masing variabel kontrolnya secara berurutan yaitu gula pasir (berasal dari tebu) dan susu tinggi lemak. Responden juga bersedia untuk membayar es kopi susu dengan gula aren dengan estimasi Rp5.396 lebih tinggi dibandingkan menggunakan pemanis gula pasir (yang berasal dari tebu), selain itu responden juga bersedia membayar lebih tinggi es kopi susu dengan susu bebas lemak dengan estimasi Rp13.453 dibandingkan dengan menggunakan susu tinggi lemak

    Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Komoditas Kakao Di Indonesia

    No full text
    Kegiatan perdagangan internasional menjadi salah satu aktivitas penting dalam membuat laju ekonomi Indonesia semakin meningkat dan mendapatkan devisa negara serta mengenalkan produk yang diproduksi oleh Indonesia ke pasar internasional. Salah satu bentuk dari perdagangan internasional adalah kegiatan ekspor pada komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang setiap tahun di ekspor ke pasar internasional adalah komoditas kakao. Indonesia menjadi salah satu pengekspor terbesar kakao di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mengekspor kakao adalah terjadinya fluktuatifnya konsumsi dan harga kakao yang membuat volume dan nilai dari ekspor kakao tidak stabil di pasar internasional. Permasalahan yang dihadapi merupakan dampak dari faktor-faktor yang berkaitan dengan volume ekspor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakao. Penelitian ini dilakukan menggunakan pengumpulan data sekunder dari berbagai instansi yang berkaitan dengan kegiatan ekspor komoditas kakao dan juga menggunakan data runtutan waktu yang akan di uji keabsahannya pada penelitian ini. Metode yang digunakan merupakan metode Error Correction Model (ECM). Penelitian yang dilakukan mempunyai 1 variabel terikat yaitu ekspor kakao dengan 5 variabel bebas yaitu luas lahan kakao (X1), produksi kakao (X2), nilai tukar mata uang asing (X3), harga internasional kakao (X4), dan harga domestik kakao (X5). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah keberpengaruhan faktor- faktor seperti luas lahan kakao, produksi kakao, nilai tukar mata uang asing, harga internasional kakao, dan harga domestik kakao dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pada jangka pendek diketahui bahwa nilai tukar mata uang asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kakao. Sedangkan, dalam jangka panjang semua variabel yang diuji mendapatkan hasil berpengaruh terhadap volume ekspor kakao di Indonesia

    Preferensi Konsumen Dalam Mengonsumsi Pisang Organik Di Kota Malang, Jawa Timur

    No full text
    Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida dalam proses budidaya pertanian menjadi hal yang umum ditemukan. Sebanyak 55,42% lahan pertanian di Indonesia menggunakan pestisida (Sumata et al., 2015). Residu yang ditinggalkan dari penggunaan pestisida pada tanaman akan memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida adalah dengan penerapan pertanian organik. Kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari konsumsi produk pertanian yang mengandung pestisida menjadikan pangan organik semakin diminati oleh konsumen. Pola hidup sehat saat ini sedang menjadi tren baru yang berkembang di masyarakat. Buah merupakan salah satu sumber serat yang dapat ditemukan secara mudah dalam bahan pangan (Santoso, 2011). Buah organik merupakan salah satu jenis pangan organik yang banyak diminati oleh masyarakat. Semakin meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah organik membuat banyak oknum yang kurang bertanggung jawab mengklaim produknya sebagai produk organik dengan menggunakan label organik buatan sendiri. Label organik yang resmi dikeluarkan di Indonesia berasal dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO). Pisang organik merupakan salah satu buah organik yang banyak diminati oleh konsumen Indonesia. Rata-rata konsumsi pisang di Indonesia meningkat dari 5.892 kg/kapita/tahun pada 2016 menjadi 59.912 kg/kapita/tahun pada 2018 (Setjen Pertanian, 2018). Kurangnya informasi mengenai jenis label organik menjadikan peneliti melakukan penelitian lebih lanjut mengenai preferensi konsumen terhadap pisang organik. Penggunaan preferensi konsumen di penelitian ini dapat melihat kombinasi atribut pisang organik yang diminati oleh konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar mengetahui karakterisitik konsumen, preferensi konsumen serta willingness to pay konsumen pisang organik khususnya di Kota Malang. Karakteristik konsumen pisang organik di Kota Malang dari 229 responden yakni didominasi oleh konsumen dengan jenis kelamin perempuan dengan rentang usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan akhir S1, dan belum menikah. Tingkat pendapatan konsumen dalam sebulan didominasi dengan rentang Rp1.000.000 – 2.000.000 per bulan serta tingkat pengeluaran dengan rentang yang sama. Pekerjaan konsumen pisang organik di Kota Malang didominasi dengan pelajar/mahasiswa dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Konsumen pisang organik paling banyak melakukan pembelian satu kali dalam sebulan dan melakukan pembelian di supermarket. Hasil analisis prefrensi konsumen terkait jenis label yang menjadi prefrensi konsumen adalah “Label Organik Indonesia”. Sementara untuk penampilan buah, konsumen lebih menyukai buah yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaan kulitnya. Sedangkan untuk harga, konsumen tidak bersedia untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi atau lebih memilih untuk membeli pisang organik dengan harga yang lebih rendah. Konsumen bersedia untuk membayar lebih tinggi untuk pisang organik yang menggunakan Label Organik Indonesia sebesar Rp 1.640 dibandingkan dengan pisang organik yang tidak menggunakan label. Sementara untuk pisang organik yang menggunakan Label Organik USDA, konsumen bersedia untuk membayar lebih mahal sebesar Rp 1.190 dibandingkan dengan pisang organik yang tidak menggunakan label. Konsumen juga bersedia dengan harga premium untuk pisang organik yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaan kulitnya sebesar Rp 2.423 dibandingkan pisang organik tanpa bercak hitam, sedangkan untuk pisang organik dengan sedikit bercak hitam konsumen hanya bersedia membayar lebih tinggi sebesar Rp 87 dibandingkan dengan yang tidak ada bercak sama sekali. Atau dapat disimpulkan, konsumen bersedia membayar dengan harga yang premium dengan pisang organik yang menggunakan Label Organik Indonesia dan yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaannya

    Analisis Dampak Belanja Online Terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

    No full text
    Penggunaan internet pada masyarakat Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penggunaan internet di Indonesia mengalami peningkatan hingga 210.026.769 mental (APJII, 2022). Peningkatan penggunaan internet di Indonesia dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat menjadi lebih konsumtif terhadap belanja online. Hal ini didukung oleh pernyataan Danuri (2019), bahwa dampak peningkatan dari pengguna internet cenderung menyebabkan peningkatan perilaku konsumtif masyarakat dalam berbelanja online di e-commerce. Selain perubahan perilaku konsumtif masyarakat, perkembangan internet juga dapat mempengaruhi kesehatan mental. Keadaan mental yang tidak stabil dapat mengubah cara seseorang menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam berhubungan dengan orang lain pilihan, gaya hidup, kebiasaan belajar, dll. Saat ini, kesehatan mental mahasiswa menjadi perhatian khusus masyarakat yang disebabkan oleh tekanan dalam keberlangsungan akademik hingga tekanan dari orang tua untuk segera menyelesaikan pendidikan, penelitian. Penelitian ini berkontribusi pada literature dalam dua aspek. Sebagai kontribusi pertama, penelitian ini memberikan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang telah dilakukan di ruang lingkup Universitas Brawijaya. Sebagai kontribusi kedua memberikan bukti empiris dampak belanja online terhadap kesehatan mental dengan fokus pada mahasiswa pertanian Universitas Brawujaya. Hasil penelitian ini juga akan berimplikasi penting terhadap tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dalam dunia pendidikan Hal tersebut menjadi fokus pada penelitian ini yang bertujuan untuk Mendeskripsikan kondisi kesehatan mental mahasiswa pertanian universitas brawijaya, Kota Malang, faktor-faktor sosio demografis yang mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa di Universitas Brawijaya, Kota Malang, serta menganalisis dampak belanja online terhadap kesehatan mental mahasiswa pertanian universitas brawijaya, Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel minimal sebanyak 640 mahasiswa pertanian di Universitas Brawijaya Malang. Alat analisis yang digunakan adalah ordered probit. Penelitian ini menganalisis dampak belanja online terhadap kesehatan mental mahasiswa pertanian di Universitas Brawijaya. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sering mahasiswa berbelanja online, semakin tinggi tingkat kesedihan dan kecemasan yang mereka alami. Faktor sosiodemografis seperti usia, jenis kelamin, dan waktu kuliah juga memengaruhi kesehatan mental. Mahasiswa perlu dukungan sosial dan pengelolaan belanja online yang bijak untuk mengatasi masalah kesehatan mental

    Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perubahan Pola Belanja Dan Konsumsi Makanan Rumah Tangga Kota Surakarta Jawa Tengah

    No full text
    Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) bukan hanya menyerang kesehatan manusia akan tetapi juga mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi sosio demografi yang dihadapi oleh rumah tangga Kota Surakarta yang berpengaruh terhadap perubahan pola belanja dan juga pola konsumsi. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak COVID-19 terhadap perubahan pola belanja dan konsumsi rumah tangga di Kota Surakarta. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 120 data responden yang dilakukan pada bulan Agustus 2021 sampai bulan September 2021 melalui survei online. Hasil penelitian menunjukkan 49,17% rumah tangga mengurangi jumlah pembelian makanan dari biasanya, sering melakukan pembelian makanan lokal (57,5%) dan sering melakukan belanja dari toko kecil (46,67%). Sedangkan perubahan pola konsumsi yang dialami yakni sering makan dirumah sendiri (84,17%) maupun bersama keluarga (79,17%). Pola konsumsi lain juga sering dilakukan saat pandemi COVID-19 seperti lebih sering memasak (80%) sehingga meluangkan banyak waktu untuk memasak (72,51%). Perubahan pola belanja dan konsumsi rumah tangga Surakarta diketahui signifikan dengan sejumlah karakteristik sosio-demografi melalui analisis chi-square yakni seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah untuk merancang kebijakan berbasis bukti selama pemulihan pascapandemi di Kota Surakart

    Analisis Preferensi Konsumen dan Kesediaan Membayar Terhadap Produk Beras Merah di Jawa Timur

    No full text
    Konsumen mulai dari orang tua mengonsumsi beras merah untuk mendapatkan manfaat dan kandungan gizi dalam mengatasi berbagai penyakit yaitu mencegah kanker, mencegah diabetes, dan menurunkan kolesterol. Sedangkan untuk anak usia muda beras merah di konsumsi sebagai program diet untuk menjaga postur tubuh. Pada intinya beras merah ini untuk program pola hidup sehat yang dilakukan oleh konsumen beras merah. Penelitian ini menargetkan konsumen beras merah yang berada di Jawa Timur untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap beras merah dan kesanggupan untuk membayar produk tersebut. Berdasarkan data BPS (2019) pengeluran untuk konsumsi makanan bergizi salah satunya dengan membeli beras merah yang memiliki manfaat dan kandungan gizi yang baik untuk kesehatan dan mengatasi penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa masyarkat sadar mengenai penerapan pola hidup sehat dengan memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Penelitian yang dilakukan tidak hanya berdasar dari aspek kesehatan dan manfaat, namun adanya penyediaan atribut produk dari beras merah yaitu: label, kualitas dan harga untuk menentukan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik konsumen, preferensi konsumen, dan kesediaan membayar produk beras merah yang dilakukan kepada responden yang sudah pernah membeli maupun mengonsumsi beras merah. Teknik penentuan responden ialah menggunakan sample non-probabilitas yang dilakukan kepada responden konsumen beras merah di Jawa Timur dengan menggunakan google form. Penentuan sampel dalam penilitian ini menggunakan rumus rule of thumb dengan hasil sebanyak minimal 84 respondent dalam melakukan penelitian ini. Desain penilitian yang digunakan dalam penlitian ini ialah choice set yang dibuat menggunakan software R-Studio yang menghasilkan 9 set pilihan, dalam setiap set pilihan terdiri dari 3 opsi pilihan yaitu 2 sebagai opsi pilihan alternatif dan 1 sebagai opsi tidak memilih. Metode analisis yang dilakukan ialah menggunakan metode analisis Discreate Choice Experiment (DCE), metode Discrete Choice Experiments (DCE) adalah sebuah metode yang populer digunakan untuk mengetahui preferensi seseorang terhadap suatu produk (Aulia, 2019). Hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan secara online dengan responden konsumen beras merah di jawa timur, didapatkan responden sebanyak 244 dengan 215 responden yang sesuai dengan kebutuhan sampel. Berdasarkan karakteristik konsumen, ditemukan bahwa konsumen yang mendominasi berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat usia 18-30 tahun, berstatus belum menikah/single, memiliki riwayat pendidikan SMA, sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi atau sebagai mahasiswa, dan memiliki pendapatan Rp 1.000.000-Rp 4.000.000 /bulan. Berdasarkan preferensi konsumen menunjukkan bahwa konsumen akan memilih produk beras merah yang memiliki label organik SNI dibandikan label organik lokal v dan tanpa label, selain itu konsumen memilih produk beras merah dengan kualitas pengelolahan yaitu dengan proses sorting-pengemasan (vakum)-keamanan (box) dibandikan produk yang hanya mengalami proses sorting-pengemasan (vakum) dan sorting-pengemasan (plastik). Berdasarkan hasil analisis Willingness To Pay (WTP) diperolehbahwa konsumen sanggup membayar lebih mahal untuk membeli dan mengonsumsi dengan produk yang memiliki label organic SNI dibandingkan produk yang hanya mencantumkan label organik lokal dan produk yang tanpa mencantumkan label sama sekalipun. Serta konsumen juga sanggup membayar lebih mahal untuk produk beras merah yang melalui proses tahapan pasacapanen mulai dari proses sorting-pengemasan (vakum)-keamanan (box) dibandingkan produk beras merah yang hanya melalui proses sorting-pengemasan (vakum) dan produk dengan proses sorting-pengemasan (plastik). WTP ini untuk mempengaruhi penjualan beras merah dengan memperhatikan atribut yang digunakan pada produk tersebut. Konsumen beras merah yang di dominasi oleh anak usia muda memiliki cara pemikiran yang selektif atau suka membandingkan produk antara supermarket dengan e-commerce yang memiliki harga lebih murah, oleh karena itu terdapat hasil yang menerangkan bahwa konsumen kurang menyukai dan bersedia membayar murah untuk produk beras merah yang ditawarkan dalam alternatif pilihan

    Consumer Preference for Beef’s Attributes in Indonesia: An Online Survey using Discrete Choice Experiment

    No full text
    Beef consumption among Indonesian continues to increase every year. Based on BPS (2020), from 2010-2019 beef consumption per capita of Indonesian increased by an average of 2.04% per year. The high level of beef consumption is expected to impact increasing beef demand in Indonesia (Kementerian Pertanian, 2019). However, domestic production can only meet about 45% of Indonesia's beef needs (Smith et al., 2018). To meet the demand, the Indonesia Government has imported meat. Research conducted by Hidayat (2019); Huillier et al., (2018), shows that Indonesia consumers tend to prefer local over imported beef. In contrast, local beef has lower quality than imported beef because most cattle are employed, with low quality of feeding, older slaughter age, and does not pay attention to animal welfare aspects (Nuraini et al., 2019). However, this gap could not indicate that Indonesian consumer more prefers in low quality beef, because there are many factors affect their decision. Therefore, revealing Indonesian consumers' preference for beef’s attribute for local and imported beef study is needed. This research aims to analyse consumer preferences and consumer willingness to pay for beef’s attributes in Indonesia. This research used a quantitative approach, Discrete Choice Experiment (DCE). The sample of this research are beef consumers in Indonesia who are responsible for buying and cooking food for the family. The data collection technique was carried out online using a google form distributed to beef consumers through social media such as WhatsApp, Instagram, Twitter, Facebook, and direct messages through the Shopee and Tokopedia market places. The data analysis method in this study used the Conditional Logit analysis method and the Marginal Willingness to Pay analysis using the RStudio application analysis tool. The study results show that the consumer characteristics of the 378 respondents are dominated by married women with an age range of 29-39 years, 4- 6 members, and domiciled in East Java. Most of the respondents have SI/SII/SIII education and work as housewives with a household income of Rp 3,000,001 – Rp 5,000,000. The place to buy beef that many respondents choose is the traditional market. In addition, consumer preference for meat in Indonesia, namely beef originating from Indonesia, which is equipped with a BSE-tested certificate, has moderate marbled and tends to have lower prices. And consumer willingness to pay analysis shows that beef consumers in Indonesia are willing to pay more for the marbling attribute, namely beef with moderate marbled. And consumers are not willing to pay more for the attributes of the country of origin and food safet
    corecore